Untukmu.
Sudah lama rasanya aku tidak pernah merasakan terpaut
begitu lekat dengan seseorang.
Meraba-raba makna dirinya untukku sebagai apa.
Lewat dinihari terbangun dalam keadaan rindu.
Aku akui ini semacam candu.
Tidak jarang kudapati hatiku terasa hangat, menatap
lelapmu sembari tersenyum simpul.
Ada banyak rencana yang ingin kubagi berdua denganmu
saja.
Ada banyak cerita yang ingin kulewati bersama.
Dulu kita hanya dua orang asing yang tidak saling
tertarik satu sama lain.
Kita hidup pada pusaran hidup masing-masing.
Aku tidak tau magnet apa yang membuat kita berubah jadi
seperti sekarang.
Tidak ragu sering kutanyai kamu tentang, “sayangkah kamu
denganku?”.
Pun sebaliknya.
Pun sebaliknya.
Berkali-kali dalam sehari.
Padahal kita sudah tau jawabannya. Dan kita terbahak saling
dekap.
Hukum alam sedari dulu adalah tentang adanya pertemuan
akan dilengkapi dengan perpisahan.
Aku tidak siap.
Tidak pernah siap.
Bagaimana bisa aku sekali lagi harus belajar saling
melepas?
Dan sayangnya aku tidak pernah tau kapan waktunya tiba.
Entah aku yang menjauh, atau kamu yang merasa jenuh.
Aku tidak pernah membayangkan waktu akan saling menarik
kita ke arah yang berlawanan.
Tidak lagi sebagai kawan.
Kita saling berlomba untuk melupa.
Atau aku yang harus belajar agar rela.
Satu hal yang ku yakini selama kita bersama, semua orang
layak mendapatkan kasih sayang yang tulus.
Tidak peduli bagaimana pahitnya masalalu.
Peduli setan, aku tidak akan mengurus cerita lampau orang
lain.
Aku hanya perlu membagi banyak cinta agar dia merasa
diterima.
Aku hanya perlu teman di kala senang dan sedih juga
ketika petaka menimpa.
Kita hanya perlu saling menerima banyak pemahaman dan
memberi lebih pada pengertian.
Pun nanti jika waktu berpisah kita tiba, akan ku selipkan
pelukan terhangat untukmu.
Agar kamu ingat seberapa menyenangkannya waktu kita yang
sudah terlewat.
Jangan lupa aku pernah menangis di depanmu merengek
meminta maaf atas khilafku yang kurang ajar.
Juga aku yang menyebalkan ketika perutku lapar.
Atau aku yang selalu mengganggu tidurmu mengajak bermain
lebih pagi.
Aku hanya tidak pernah menyiapkan diriku untuk patah hati.
Mungkin jika kita harus berpisah pun, aku tidak akan mengusahakan bagaimana caranya untuk membencimu secara utuh.
Aku hanya tidak pernah menyiapkan diriku untuk patah hati.
Mungkin jika kita harus berpisah pun, aku tidak akan mengusahakan bagaimana caranya untuk membencimu secara utuh.
Kamu berharga,
Kamu layak untuk bahagia.
(Yogyakarta, dengan playlist Kodaline High Hopes mengalun
syahdu di telinga)
Komentar
Posting Komentar