Yogyakarta.

Sudut kota ini,
mungkin dulu penuh sesak dengan semua kebiasaan kecil dan canda tawamu dengan orang lain.
Bukan denganku.
Sudut kota ini,
mungkin pernah jadi saksi seberapa memilukannya perasaanmu ketika patah hati datang tanpa tanda.
Menerpamu begitu saja.
Pun tentang sudut kota ini,
awal di mana aku pertama kali kenal dirimu sebagai orang asing.
Tentu saja kita hanya dua manusia yg kebetulan berkenalan tanpa maksud dan tujuan.

Semuanya terurai begitu jelas.
Tentang kenangan entah dari pihakmu, dari aku yg awalnya sebagai pesinggah di kota ini, atau tentang orang lain yg pernah membagi bahagia denganmu.
Santai saja, aku tidak cemburu, sayang.
Semua ada masanya.
Semua ada waktunya.

Tidak ada yg meminta agar dilupakan begitu saja.
Terlebih kenangan.
Tidak lantas pula ia jadi penghambat hati juga harimu setelahnya.
Tenangkan, rebahkan, biarkan ia jinak.

Sesekali,
gemuruh mungkin terdengar jelas dari sisi lain yg kita hindari. Aku pun.
Di kota ini,
semua pernah begitu manis dan sesak menyiksa sekaligus.
Seolah memberi sinyal untuk sekedar bertanya, "Apa kabar?".
Tapi aku selalu berhasil menepis hal-hal demikian.
Sudah bukan tempatnya lagi di ruang hariku sekalipun hanya untuk pertanyaan sederhana.
Aku sudah melepaskannya, rela.

Komentar

Postingan Populer