Rencana Tanpa Rencana.

Sudah lama sekali aku tidak mampir ke ruangan ini, ruangan dimana aku bisa menulis lebih banyak dibanding media sosial yang lain.
Hampir setahun, atau bahkan lebih mungkin?
Waktu bergulir cepat rasanya. Begitu banyak kejutan-kejutan yang meletup pada hidupku di luar dugaan.
Walaupun tahun 2020 ini terasa sangat membosankan karena menghambat banyak kegiatan, penghasilan, perjalanan, dan berbagai aspek lainnya. Tapi di tahun ini juga suguhan kejutan kehidupan begitu saja bergulir untukku yang bahkan memasukannya dalam rencana saja tidak.

Awal tahun aku dan pacarku menikah setelah beberapa tahun kami memutuskan menjalin hubungan. Sungguh, hal tersebut di luar rencana kami, karena kami terbiasa tanpa rencana. Hanya menyesuaikan situasi dan kondisi saja seperti biasa.
Tidak ada pesta meriah, tidak ada keriuhan di pernikahan kami. Itu memang impianku sejak lama, dan beruntungnya aku, impianku diamini oleh pihak keluarga. Mereka tidak meminta aku dan pacar untuk mengadakan pesta pernikahan seperti pada umumnya. Kami menikah di KUA, dan begitu selesai akad nikah langsung pulang ke rumah untuk makan makan bersama keluarga dan beberapa teman dekat. Sungguh sangat intim dan hangat.
Kami sangat bahagia hari itu. Pacarku yang sekarang menjadi suami, dan juga bapak dari anak gadis kami.
Iya, hampir habis tahun 2020 ini kami kemudian beralih peran menjadi orang tua.
Anak gadis yang begitu lucu, manis rupanya dengan lesung pipi di sebelah kiri. Gadis kami bernama Keaka, yang kami sepakati wajahnya sangat kontras perpaduan kami berdua.
Memiliki mata bulat besar persis mataku, hidung serupa persis dengan bapaknya, dan beberapa kesamaan mencolok lainnya yang kami wariskan pada Keaka. Sangat adil peran kami di fisiknya secara lahir.

Tahun ini benar-benar penuh kejutan.
Aku banyak menghabiskan waktuku di rumah setelah cuti hamil hingga sekarang.
Aku jadi sering begadang ketika hamil tua, terlebih sekarang. Gadisku tidaklah rewel, dia jarang begadang. Hanya bangun ketika popoknya basah atau minta disusui.
Aku begadang karena harus pumping ASI. Sangat bersyukur ASIku sudah keluar banyak sejak hamil trimester dua. Sampai melahirkan ternyata ASI menjadi sangat banyak, lancar, dan berlimpah.
Aku lumayan kewalahan mengurus antara bayi dan ASI sekaligus. Pernah suatu malam aku menangis tersedu-sedu karena payudara terlalu sakit rasanya, bengkak, panas, dan nyeri karena ASI menumpuk.
Ternyata untuk kasusku ini namanya hyperlaktasi.
ASI selalu produksi sekalipun baru saja dikeluarkan.
Selalu penuh rasanya.
Sempat uring-uringan karena ilmuku dangkal tentang hal tersebut. Yang aku tau, badanku rasanya letih luar biasa. Kurang istirahat, payudara selalu penuh, bayi baru lahir yang masih proses adaptasi dengan dunia. Semua rasanya begitu berat, sekalipun ada suami yang selalu support dan bantu. Tapi rasanya aku perlu lebih dari itu. Mungkin karena efek jauh dari sanak keluarga, pandemi, tidak ada teman ngobrol berkeluh kesah selain suami sendiri.
Makanya aku memutuskan untuk kembali ke sini. Agar semua apa yang jadi ganjalan dalam hatiku bisa tumpah ruah pada tempat semestinya.
Agar aku bisa tetap waras menjalani kehidupanku yang sudah tidak lagi seperti tahun tahun sebelumnya. Ada manusia kecil yang menggantungkan hidupnya padaku.
Aku harus bisa menjaganya secara lahir dan batin.
Semoga kami bisa tetap kuat dan bisa melanjutkan petualangan kami nantinya.

Komentar

Postingan Populer