Alasan Kenapa Akhirnya Memilih Bergabung Di Kitabisadotcom.


Tulisanku kali ini akan membahas seputar ‘permasalahan’ hidup dengan belasan ekor kucing yang selama ini kurawat.
Karena kurasa ini perlu dijelaskan, agar teman-teman, para followers di Instagram maupun Twitter atau Facebook tidak bertanya-tanya, kenapa akhirnya kuputuskan membuat kampanye di kitabisadotcom.
Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah ikut berpartisipasi, membantu share di sosial media, membantu mengirim donasi dan peduli memberikan makan pada kucing-kucing ini, terima kasih banyak.

Oke, langsung saja ke asal muasal kenapa aku memelihara banyak kucing liar.
Apa tujuanku? Padahal gaji saja pas-pasan.

Tahun 2016 adalah kali pertama kutemui induk kucing liar yang suka berkeliaran di sekitar kost, kucing betina yang kira-kira saat itu umurnya sekitar 1 tahun atau lebih. Kuberi dia nama, Belang.
Belang sudah berkali-kali melahirkan, lebih dari 5 kali selama aku bertemu dengannya di rentang waktu 2016 sampai 2017 awal.
Anak-anak Belang dulu setiap habis lahir pasti dipindah ke beberapa tempat, tanda dia merasa tidak nyaman dengan situasi sekitar kost.
Dan jujur saja, awal aku kenal Belang, jarang kuberi makan, tidak kuperhatikan.
Saat itu aku masih pengangguran, makan seadanya.
Boro-boro memelihara kucing, makanku sendiri saja tidak menentu.
Betapa egoisnya aku dulu.
Belang sempat sakit parah, entah sakit apa. Badannya kurus kering, tidak bisa berjalan.
Dan anak-anaknya mati begitu saja.
Sekali dua kali lahiran, anaknya selalu berakhir mati sia-sia.
Perasaanku terusik, dulu aku pernah memelihara kucing di rumah Banjarmasin, sampai tua dan dia mati entah di mana karena sakit, rasa sedihnya sama persis kayak aku melihat anak-anak Belang mati tanpa kubantu apapun.
Akhirnya kuputuskan untuk merawat Belang ‘seadanya’, memberi makan dan minum secara layak, kembali melahirkan dan anak-anaknya kubelikan susu formula khusus kitten karena Belang nampak malas menyusui kitten, sepertinya dia terserang baby blues.
Anaknya didiamkan begitu saja.
Lambat laun mereka tumbuh besar, ada 3 ekor kitten yang aku rawat saat itu, 1 ekor jantan dan 2 ekor betina. Kuberi nama Tikus (jantan), Kapas (betina), dan Moaci (betina).
3 ekor kitten ini tumbuh sehat, dan sangat lahap minum susu formula.
Sampai berumur kurang lebih 8 minggu, sudah bisa berlari dan bermain, si Tikus hilang.
Entah diambil orang atau dibuang. Rasanya sedih sekali.
Sisa 2 ekor kitten betina yang hidup hingga sekarang, tetap bersamaku.

Beberapa minggu setelah kejadian itu aku kembali dihadapkan pada kenyataan, Belang kembali bunting!
Bayangkan! Anaknya tidak diurus, dia kelayapan entah ke mana saja, pulang-pulang perutnya terisi lagi dengan nyawa-nyawa kitten yang siap lahir beberapa minggu ke depan.
Aku sempat kesal pada Belang, ngambek dan kudiamkan dia.
Tapi tidak tega, Belang mengeong-ngeong menjerit lapar.
Kuberi makan dan kuajak ngobrol, “kamu kenapa bunting lagi weeeei? Anakmu baru bisa hidup. Jahat banget sih jadi induk?.”
Belang diam saja.
Aku mulai searching beberapa grup pecinta kucing di Facebook juga Instagram.
Beberapa artikel juga membantu banget buat refrensi bagaimana caranya mengatasi populasi kucing yang di luar kontrol.
Belang harus kusteril. Iya di-steril.
Kalian bisa searching di google, apa tujuan steril untuk kucing, dan apa saja dampak positif yang bisa kita rasakan juga kucing rasakan setelah proses steril tersebut.
Jujur, aku baru mengerti steril kucing setelah ‘bergaul’ di komunitas kucing pada grup Facebook itu. Ada banyak ilmu baru yang kutemui di dalam grup tersebut.
So happy.
Tapi kabar buruknya adalah, sampai detik ini Belang belum mendapatkan vaksin, apalagi steril. Semua terkendala pada biaya.
Belang pernah kubawa ke RSH. Prof. Soeparwi di UGM, duluuu sekali bersama Tikus, Kapas, dan Moaci buat check up dan juga dapat obat cacing.
Biaya habis sekitar 500rb untuk mereka sekali periksa, dan itu dengan danaku pribadi.
Sudah kutanyakan berapa dana steril dan juga vaksin di rumah sakit hewan tersebut, nominalnya lumayan membuatku pening.
Niat steril kuurungkan saat itu, dan kebobolan Belang bunting lagi.

Beberapa minggu setelah itu Belang melahirkan, 3 ekor kitten lagi, sama seperti kloter Moaci, Kapas, dan Tikus. Ada seekor jantan juga 2 ekor betina.
Kuberi nama Langti, Black, dan Kunying.
Mereka bertiga sempat tumbuh besar bersama dan lucu banget, sampai akhirnya hilang satu persatu. Entah dibuang orang, atau diambil.
Kucing-kucing ini kukandang dalam kandang bambu buat unggas, kubeli dengan harga 40rb, jauh lebih murah dibanding kandang kucing di petshop. Semoga kalian mengerti kenapa hal tersebut kulakukan.
Kuberi alas kain bersih, juga tidak lupa stok makanan juga minuman bersih.
Dan box pasir buat poop juga pipisnya.
Tapi sering ada anak-anak tetangga kost yang suka main ke kost saat aku sibuk bekerja hingga sore, kucing-kucing kadang dikeluarkan mereka dan lupa dimasukkan kembali ke dalam kandang.
Akhirnya 3 kitten lucu itu hilang, padahal Black adalah kitten yang paling manja denganku.
Aku patah hati.

Setelah kehilangan anak-anaknya, Belang kembali bunting dan melahirkan. 3 ekor anak kucing lagi, seekor jantan, dan 2 ekor betina. Bernama Putam, Lemper, dan Cenil.
Pasca lahiran mereka tetap kusimpan di dalam kamar dengan keranjang kucing yang sudah diberi alas kain hingga beberapa minggu. Begitu mereka sudah bisa berjalan dan bermain, kupindahkan ke dalam kandang bambu di luar kamar. Sampai sekarang mereka tumbuh besar.


Setelah itu aku sadar ada yang berubah dari Kapas, badannya agak gempal, cuma di bagian perut. Sempat kukira dia cacingan. Tapi sepertinya bukan.
Kapas bunting.
Aku sedikit gugup waktu sadar dia bunting, ini pertama kali buatnya.
Waktuku 60% dalam sehari kuhabiskan di luar kost, bekerja dari pagi hingga sore.
Kami bertemu hanya pagi, dan sore juga malam.
Aku takut kalau Kapas melahirkan tanpa kudampingi akan kesulitan, aku takut dia tidak mengerti bagaimana cara menangani bayi-bayinya pasca melahirkan.
Perasaan seperti itu menghantuiku beberapa pekan, hingga setelah Idul Fitri kemarin ada beberapa hari libur yang kuhabiskan dengan menginap sehari semalam pada rumah seorang teman di daerah Gunung Kidul, kutinggalkan kucing-kucing di kost dengan stok makanan yang kutitipkan pada teman lainnya. Sebelum berangkat, Kapas sempat kuberi makan dan kubisiki “kamu jangan lahiran dulu yaa, tunggu aku pulang.”
Serius, kalimat itu sepertinya didengarkan Kapas dan dia setuju.
Aku pulang dari Gunung Kidul, kutemui Kapas masih dengan perut membesar karena usia kandungannya semakin mendekati HPL.
Tiba-tiba ada kitten liar yang dibawa seorang bocah kemudian ditinggal begitu saja, malnutrisi, cacingan, badan bau dan penuh kutu, juga bagian kepala ada bekas tumpahan cat dan beberapa bagian bulunya pitak seperti dicukur paksa untuk menghilangkan cat tersebut.
Umurnya sekitar 8 minggu.
Aku galauuuu. Tapi kasihan juga kitten itu, jenis kelaminnya jantan.
Kuberi nama Lemon, badannya belang kuning dan putih.
Lemon kuantar grooming di petshop karena aku belum pernah mengurus kucing malnutrisi seperti apa, dan perlakuan bagaimana yang harus kulakukan.
Kuajak dia ke Klinik Hewan Kuningan, diberi obat cacing.
Lemon sempat diare parah karena tidak cocok dryfood juga wetfood dengan merk tertentu.
Hingga saat ini cuma merk dryfood Universal kitten yang paling cocok dengan perut Lemon.

Sampai pada akhirnya Kapas memberi tanda dia mau melahirkan, waktu aku baru pulang dari bekerja. Kapas gelisah mondar-mandir kamar. Keluar masuk.
Kupegang perut Kapas yang mengeras, area sekitar kelaminnya nampak bengkak dan berlendir, aku sadar kalau Kapas nampaknya akan segera melahirkan.
Kusiapkan kain bersih seadanya, kucari keranjang kucing, Kapas kusuruh masuk ke dalam keranjang. Dia menurut.
Aku keluar kamar berharap Kapas akan melahirkan dengan nyaman, ternyata dia tidak ingin kutinggalkan, Kapas ingin ditemani selama proses melahirkan.
Janjiku sepertinya ditagih Kapas saat itu.
Satu persatu anak Kapas lahir bergantian, ada 4 ekor, 2 betina dan 2 jantan.
Tapi beberapa hari setelah itu seekor kitten jantan mati kaku gara-gara tidak disusui Kapas berjam-jam.
Lima hari setelah Kapas melahirkan ada seekor kitten yang sempat mampir numpang di kost, betina berumur sekitar sebulan setengah, kunamai Pancake.
Tapi kemudian hilang entah ke mana.

Selama kucing-kucing ini hidup bersama, mereka tanpa kandang. Tidur menumpang di kamar-kamar atau selasar kost.
Makan minum dan segala kebutuhan mereka, entah obat, vitamin, dan pasir kubeli dengan dana pribadi.
Kalian boleh searching berapa gaji UMR untuk Sleman, Yogyakarta.
Tanpa harus kujelaskan berapa pemasukanku setiap bulan.
Belum dipotong bayar angsuran hutang, bayar kost, biaya hidup, biaya makan, dan untuk keperluan kucing-kucing.
Di sinilah aku merasa sedikit kewalahan, pengeluaran buat kucing lebih besar dibanding pengeluaranku pribadi.
Beberapa barang pribadiku kujual setengah harga, seperti contohnya jaket parka kesayanganku, sepatu-sepatuku, atau beberapa make-up yang jarang kupakai.
Dan aku hamper setiap hari membawa bekal nasi putih yang biasa kumakan dengan lauk seadanya, entah abon ayam atau kering tempe. Ditambah mie instan untuk sore atau malam.
Selalu kusediakan stok mie instan demi menahan lapar.
Kenapa? Pengeluaran makan kucing-kucing ini makin hari makin besar, sudah ada 11 ekor kucing yang lahap makan dryfood, untuk sehari mereka makan hampir 500gr dryfood bahkan lebih. Merk dryfood yang kupilih sudah yang paling ekonomis dibandingkan merk lainnya, selain itu perut kucing-kucing tidak bermasalah mengkonsumsi dryfood tersebut. Pernah kucoba dryfood lainnya dengan merk berbeda, hampir semua kucing mencret dan mereka tidak doyan.
Kucing-kucing ini makan dryfood universal kitten, sekalipun kucing yang dewasa.
Sesekali kuberi makan ikan cuwe rebus, dicampur tempe dan sedikit nasi.
Dalam seminggu, kira-kira lebih dari 100rb pengeluaran yang kukeluarkan untuk biaya makan kucing-kucing ini.
Belum biaya berobat kucing yang cacingan, yang sakit mata, atau diare.
Biaya vitamin untuk 11 ekor kucing.

Hingga akhirnya kuberanikan untuk membuat kampanye di kitabisadotcom, menggalang dana untuk membeli stok makanan, memvaksin semua kucing, mensteril kucing yang cukup umur, membeli kandang untuk mereka.
Dengan harapan mereka bisa hidup sehat sebagaimana harusnya, dan kelak akan kubuka adopsi free kepada siapa saja regional Jogja yang ingin mengadopsi, dengan syarat harus benar-benar sayang kucing, pro steril, tidak berniat menjual kucing kepada siapapun, atau menelantarkan kucing setelah adopsi. Semua akan jadi mimpi belaka tanpa biaya yang mumpuni, sedangkan aku tidak mampu bergerak sendiri dengan dana pribadi. Untuk itulah kubuka penggalangan donasi.
Semoga semuanya berjalan lancar hingga nanti kucing-kucing siap diadopsi oleh kalian. Kecuali Lemon, dia akan kurawat sendiri.

Oh iya, baru beberapa hari yang lalu si Moaci melahirkan 4 ekor kitten dengan jenis kelamin jantan semua. Jadi sekarang total kucing yang kurawat adalah 15 ekor.
Akan kuberi list nama-nama kucing lengkap dengan jenis kelaminnya, juga gambar.
Sangat besar harapanku kucing-kucing ini bisa berlabuh pada kehidupan yang lebih bagus pada keluarga baru mereka kelak. Semoga kalian berkenan mengadopsi kucing kampung yang nanti sudah dalam kondisi vaksin dan steril.
Berikut kulampirkan biaya apa saja dan berapa totalnya untuk perawatan mereka hingga nanti siap diadopsi.

          Biaya vaksin : 1 ekor kucing kurang lebih Rp. 100.000 (vaksin di Klinik Hewan Kuningan) x 15 ekor kucing =  Rp. 1.500.000
          Biaya kandang : 1pcs kandang harga kurang lebih Rp. 250.000 s/d Rp. 325.000 x 5pcs kandang = Rp. 1.250.000 s/d Rp. 1.625.000
          Biaya makan dryfood : 1pcs dryfood 20kg universal Rp. 500.000 (belum termasuk harga wet food, belum searching harganya)
          Biaya box pasir dan pasir kucing : 5pcs box pasir = Rp. 100.000 5pcs pasir wangi 6kg = Rp. 175.000 total = Rp. 275.000
          Biaya tempat makan dan minum : (belum searching harga)
          Biaya steril kucing jantan : 3 ekor kucing jantan cukup umur x Rp. 275.000 (sudah termasuk biaya perawatan menginap pasca steril) = Rp. 825.000
          Biaya steril kucing betina : 5 ekor kucing betina cukup umur x Rp 350.000 (sudah termasuk biaya perawatan menginap pasca steril) = Rp. 1.750.000
          Biaya steril kitten (masih menunggu cukup umur) : 5 ekor jantan + 2 ekor betina =      Rp. 2.075.000

Dengan biaya total kurang lebih sekitar Rp. 8.650.000 belum termasuk persediaan stok makanan selanjutnya, vitamin, obat cacing atau biaya pengobatan mendadak serta persediaan pasir.
Maka dari itu kubuat kampanye penggalangan dana, biayanya sangat jauuuh dari gaji bulananku.
Semoga banyak orang baik yang ikut tergerak hatinya ikut membantu mimpiku ini, demi kehidupan kucing-kucing ini jadi lebih baik.

Ini adalah daftar nama kucing-kucing :

1.       Belang (induk kucing paling tua), umur kurang lebih 3thn, betina.
2.       Kapas, umur kurang lebih 1,5thn, betina.
3.       Moaci, umur kurang lebih 1,5thn, betina.
4.       Putam, umur kurang lebih 5bln, betina.
5.       Lemper, umur kurang lebih 5bln, betina.
6.       Cenil, umur kurang lebih 5bln, jantan.
7.       Lemon, umur kurang lebih 6,5bln, jantan.
8.       Bujel, umur kurang lebih 8bln, jantan.
9.       Aslan, umur kurang lebih 1,5bln, jantan.
10.   Leoni, umur kurang lebih 1,5bln, betina.
11.   Cimit, umur kurang lebih 1,5bln, betina.
12.   Belum ada nama, umur seminggu, jantan.
13.   Belum ada nama, umur seminggu, jantan.
14.   Belum ada nama, umur seminggu, jantan.
15.   Belum ada nama, umur seminggu, jantan.


Belang dan kitten.






Moaci dan kitten.


Kapas dan kitten.

 Lemper dan  Putam.

Putam.

Cenil.

Lemper, Putam, Cenil umur kurang lebih 10 hari.

Kapas.

Moaci.

Pancake dan kitten.



Makan bersama.


Lemon (1) baru datang.
(2) sekarang.


Lemon dan Cenil.


Bujel badannya ada luka basah.

Bagong, kucing jantan yg biasa kawin dengan Belang.



Daftar kucing ini belum termasuk dengan kucing-kucing jantan yang kadang suka ikut numpang makan dan menggodai Belang, Kapas atau Moaci.
Ada sekitar 3 sampai 4 ekor kucing yang kadang ikut numpang di kost.
Sekali lagi ingin kuucapkan banyak-banyak terima kasih kepada para donatur, yang kukenal ataupun tidak, teman-teman yang membantu menyebarkan di sosial media, kepada siapapun yang ikut memberi dukungan dan semangat, kepada pacarku yang baik hatinya ikut membantu merawat dan kusibukkan menemani membeli makan kucing, serta tidak jarang ikut membelikan makan dan keperluan kucing-kucing dengan dana pribadi, terima kasih yaa kepada kalian semua.
Tanpa kalian aku sudah sangat kesusahan baik secara tenaga dan dana.
Terima kasih, sekali lagi terima kasih.
Semoga kebahagiaan melimpah untuk kalian, dan selalu dilindungi oleh hal-hal baik.

Terima kasih.

Love,
Icha Fredie.

Komentar

Postingan Populer